ISLAM DI JAWA DAN ISLAM DI ACEH

Nama : Hidayati Fauziyah

ISLAM DI JAWA DAN ISLAM DI ACEH

            Islam adalah agama yang berasal dari timur tengah yaitu Arab. Islam masuk ke Indonesia lewat para pedagang yang menjajakan dagangannya ke Indonesia. Tak ada yang mengetahui persis tentang kedatangan Islam di jawa. Ada tiga teori tentang kedatangan Islam ke Daerah Melayu, yaitu :[1]

  1. Datangnya langsung dari negeri Arab.

Teori ini berdasar karena Muslimin Alam Melayu berpegang dengan Madzhab Syafi’i yang lahir di Semenanjung tanah Arab. Teori ini di sokong oleh Sir John Crowford.

  1. Datangnya dari India

Teori ini lahir selepas tahun 1883 M, dibawa oleh C. Snouch Hurgronje. Teori ini banyak yang mendukungnya, seperti : Dr. Gonda Marrison, R. A. Kern, C. A. O. Van Nieuwenhuize, Van Ronkel, dll

  1. Datang dari China

Teori ini dikemukakan oleh Emanuel Godinho de Eradie seorang scientist Spanyol yang menulis 1613 M. Dalam bukunya di katakan “Sesungguhnya Aqidah Muhammad telah diterima di Patani dan Pam di Pantai Timur….kemudian diterima dan diperkembangkan oleh permaicuri (yaitu Parameswara) di tahun 1411 M.

Dakwah islamiah yang datang ke Indonesia melalui jalur perdagangan laut dan darat yang berasal dari arab. Dari jalur laut melalui Aden, menyusur pesisir pantai India Barat dan Selatan. Kalau dari jalur darat dari Khurasan kemudian melalui hutan, padang pasir Gobi, sangtu, Nansyau, Kanton, kemudian menyeberangi laut china selatan trus masuk k daerah melayu, melalui pesisir pantai Timur Semenanjung Tanah Melayu. Dapt di simpulkan bahwa dakwah islamiyah datang ke pulau-pulau Melayu melalui lautan India dan juga Laut China Selatan secara Langsung dari negeri Arab oleh orang-orang Arab.[2]

Dalam uraian tentang masuknya Agama Islam ke Indonesia di atas menjelaskan kepada kita bahwa Islam pertama singgah itu di daerah Melayu, untuk daerah Indonesia yaitu di daerah Aceh. Aceh yang sekarang ini dikenal dengan sebutan Serambi Mekkah mempunyai ajaran yang sangat kental sekali dengan ajarn keIslaman daerah Arab. Hal ini tentunya berbeda dengan keadaan Islam di daerah Jawa. Daerah Jawa mengalami Islamisasi setelah daerah Aceh. Pada awal masuk nya Islam ke daerah jawa, Hindu-Budha masih melengkap erat pada tradisi dan kebudayaan yang berkembang di daerah Jawa. Dengan banyaknya mistik dan klenik yang beredar pada masa itu.

Penyebaran agama Islam di daerah Jawa ini lebih menggunakan pendekatan kebudayaan dan kejawen. Dalam istilah yang lain disebutkan yaitu melalui pendekatan tasawuf, dimana pendekatan tasawuf ini di pakai dalam tradisi Hindu dan Budha yang berkembang pada masa itu.

Masyarakat jawa hidup dalam dunia mistik. Dalam penafsiran agama Islam yang datang pada waktu itu tidak luput dari penafsiran tentang mistiknya. Contohnya saja pada peristiwa Isra’ mi’raj Nabi pada saat akan menerima perintah solat lima waktu. Dalm beberapa keteranagan bahwa Nabi berIsra mi’raj itu bersama-sama dengan jiwa dan raganya, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa Nabi ketika berIsra’ Mi’raj hanya ruhnya yang menjalankan. Sebelum pergi berisra’ nabi juga di sempatkan dibersikan hatinya oleh Malaikat Jibril dengan air zam-zam dari kotoran dosa-dosa dan kemudian diisi oleh iman dan pengetahuan.[3]

Kejadian tentang Isra’ mi’raj ini adalah menegaskan tentang kesalehan normatif dan berlaku sebagai teori sufi dan struktur jalan mistik.[4] Dan mengaitkan juga antara mistik dan religi. Dalam menafsirkan tentang teori kesufian ini di darah Jawa juga berkembang adanya “Wali Songo”. Mereka sangat mempercayai tentang adanya hubungan yang mistik antara tuhan dengan beberapa Hambanya yang tak bisa dirasakan oleh smbarang orang.

Lain halnya dengan Islam di daerah Aceh, DI daerah Aceh sebelum masuknya Agama Islam tidak begitu berkembang tentang konsep ajaran Hiduisme ini. Mereka tidak kental dengan aneka mistik dan Klentik.  Jadi ketika Islam masuk ke dalam daerah Aceh tidak bercampur dengan kemistikan seperti di Jawa, karena memang Islam di Aceh tidak masyarakatnya tidak mengenal mistik.

Islam yang berkembang di daerah Aceh adalah Islam Fiqh, Islam yang sama yang berkembang di Daerah Arab. Wajarlah jika Aceh ini disebut sebagai kota Serambi Mekkah, karena memang Islam disana sama dengan/ mirip seperti Islam di Mekkah. Di Aceh peraturan yang berlaku adalah Syariat Islam yang juga dengan di Mekkh, di Mekkah menggunakan syariat Islam dalam menjalankan roda pemerintahan. Ada hukum ranzam bagi para pezina, ada hukum potong tangan bagi para pencuri. Di Jawa yang berkembang lebih kepada tasawufnya tidak memberlakukan hukum Islam. Hukum yang diterapkan di jawa adalah  hukum Islam yang telah berkolaborasi dengan hukum adat istiadat atau dengan kejawennya.

Di daerah Jawa bukannya tidak bisa untuk diterapakn hukum Syari’at Islam yang murni, tetapi tradisi yang telah lama berkembang itu tidak bisa serta-merta di hapus, karena memang dahulu kepercayaan animismenya sangat kuat. Kepercayaan itu sudah mengakar dan sudah berkolaborasi dengan islam sehingga susah memisah kan antara Islam yang murni Fiqh dan kejawenan/mistisme.

Islam di Jawa dan Aceh memang berbeda dalam penetapan hukum ketatanan kehidupan sosialnya. Begitupun dengan tradisi yang berlaku di masing-masing daerah ini. Daerah Jawa yang Masih kental dengan tradisi mistiknya, dan daerah Aceh yang sangat kuat menjaga tradisi Islam Fiqihnya. Perbedaan ini janganlah di jadikan alasan dalam menetapkan siapa yang paling benar. Tetapi keragaman ini marilah kita gunakan untuk mempersatukan Islam dalam pembangunan Masyarakat Indonesia yang lebih baik. Bersama-sama membentuk para pennerus yang mampu membawa bangsa ini lebih baik kedepannya.

Perbedaan adalah hal yang biasa dalam kehidupan. Keberadaannya melahirkan suatu sikap saling toleran, saling menghargai, menghormati. Perbedaan melahirkan jiwa-jiwa yang lebih santun. Islam jawa dan Aceh dan seluruh masyakat Islam di Indonesia harus bersatu tuk mewujudkan cita-cita bangsa. Mendamaikan dunia.

 

 

 

 


[1] Hasymy, A, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia (Aceh : 1993) hlm. 180

[2] Hasymy, A, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia (Aceh : 1993) hlm. 181

[3] Woodward, Mark R, Islam Jawa kesaleha Normatis vs kebatinan (Yogyakarta: LkiS, 1999) hlm. 95

[4] Woodward, Mark R, Islam Jawa kesaleha Normatis vs kebatinan (Yogyakarta: LkiS, 1999) hlm. 95

Tinggalkan komentar